“Do not let the fear of losing be greater
than the excitement of winning.” (Robert Kiyosaki)
Yep, yang namanya kawula muda emang
rentan banget terkena virus galau. Tapi, hal demikian tidak berlaku bagi wanita
23 tahun yang akan kita kupas di TB
corner kali ini. Ika Nurfajriani, S.Kep., Ns.--Si cantik, muda, aktif, dan
cerdas ini rupanya mempraktikkan petuah Kiyosaki. Dalam keraguannya mendapatkan
beasiswa, doi memilih untuk maju terus apapun hasilnya. Penasaran dengan
kisahnya? Yuk intip yuk....
Perjalanan lulusan terbaik profesi
Ners Unsoed angkatan IX ini berangkat dari cita-cita kuat yang sudah tertanam
sejak lama untuk dapat melanjutkan S2 segera setelah rampung profesi. Doi
bercerita bahwa keraguan awalnya datang sangat besar ‘dapet nggak yah? dapet nggak yah?’. Setelah bertapa dan hilir mudik curhat ke
sana kemari (ibu, dosen, kakak kelas, kecuali ke dukun tentunya :D), tekad sekolah S2 dijatuhkan bulat-bulat
pada UGM dengan
peminatan keperawatan anak. Mulailah doi
searching-searching info tentang (UM) UGM. Di tengah proses menuju S2nya, doi
berjumpa dengan sohibnya dari Jurusan Perikanan Kelautan Unsoed yang
membisikkan info tentang beasiswa DIKTI (hm,
relasi memang penting yah).
“Beasiswa
DIKTI? Beasiswa unggulan? Lha kan kita belum punya institusi?” (kira-kira
begitu kontroversi kalbu Miss Ika. Keraguan datang lagi. Setelah dijelaskan
lebih detail, terucaplah keyakinan “Udah, dicoba aja!” Majulah mereka bersama
mengikuti beasiswa calon dosen yang katanya merupakan program baru dari DIKTI dimana
beasiswa dapat diajukan tanpa pelamarnya harus memiliki home base terlebih dahulu. Doi buka web beasiswa DIKTI yang dulu bernama
Beasiswa Unggulan (BU), tahun 2013 berubah menjadi BPPDN (Beasiswa Pascasarjana
Dalam Negeri).
Persyaratan yang harus dipenuhi agar
lulusan menjadi warga UGM diintipnya di http://um.ugm.ac.id/2014/idx.php. Doi pelototin banget tuh syarat: HARUS LOLOS tes ACEPT (tes TOEFLnya
UGM/sejenis tes TOEFL ITP), PAPs (Tes Potensi Akademik/TPA), serta PROPOSAL
TESIS. This is it, perjuangan dimulai! Dengan
bantuan dosen cantik dari Keperawatan Unsoed (Ns. Haryatiningsih Purwandari, M.Kep.,
Sp.An), proposal tesis pun beres! Langkah
selanjutnya yang ditempuh mantan Menteri Pelayanan Publik BEM Kabinet Progresif
ini adalah mengikuti ujian ACEPT dulu sebelum UM, jadi saat UM doi sudah punya
skor ACEPT (tuh kan, emang cerdas ni ibu
satu). Sekitar 2 minggu, skor ACEPT keluar dan ALHAMDULILLAAH sudah
memenuhi persyaratan UM. Tak pikir lama, besoknya doi langsung ambil sertifikat
ACEPT sekaligus mengumpulkan semua berkas persyaratan ikut UM ke Gedung
Ismangoen (Gedung tempat kuliah warga Keperawatan UGM).
Tes UM yang harus dilewati adalah tes
tertulis dan wawancara. Tes tertulis dilaksanakan di Gedung Psikologi UGM dalam
satu hari saja. Pagi-pagi tes dimulai dengan tes PAPs, dilanjutkan dengan tes
ACEPT. Tik...tok...tik...tok...ditunggu selama satu minggu lebih barulah muncul
pemberitahuan untuk tes wawancara di Gedung Ismangoen. Bocoran nih pemirsa,
pertanyaan tes wawancara adalah seputar usulan tesis, motivasi, dan sumber
biaya.
Gedak-geduk-gedak-geduk...hari
pengumuman datang, via online doi cek. alhamdulillah, doi diterimasebagai
mahasiswa magister keperawatan UGM. Tapi gedak-geduk tak cukup sampai disitu. Waktu
sudah mepet harus segera registrasi tapi pengumuman sebagai penerima beasiswa
belum juga muncul. DIKTI memang melakukan 2 kali pengumuman, pertama pengumuman
diterima sebagai pelamar, kedua sebagai penerima beasiswa, setelah pengumuman
kedua itulah SK penerima beasiswa baru keluar. Pengumuman diterima sebagai
pelamar sudah, tapi sebagai penerima belum. Akhirnya, beberapa bulan setelah registrasi, pengumuman yang ditunggu
pun datang. Segera doi buka web page DIKTI http://beasiswa.dikti.go.id/dn/ yang sekarang berubah menjadi http://beasiswa.dikti.go.id/web/.
“Selamat, Anda dinyatakan diterima
sebagai penerima BPPDN.”
Wow! Anugerah terindah banget bagi scholarship
hunter ketika mereka dinyatakan diterima ya. Selamat! ^_^
Sekian dan demikian kisah TB corner
kali ini, KAMPUS groupies. Semoga
kita dapat mengambil hikmah dari cerita kali ini, bahwa satu-satunya obat untuk
menghilangkan keraguan alias GALAU adalah dengan DO ACTION. Sekecil apapun aksi anda, Tuhan pasti akan beri hasil,
daripada hanya berkeinginan berkeinginan berkeinginan
tapi tanpa aksi nyata. Yeah!
No comments:
Post a Comment