TB Corner: Yulia Fauziyah - A Great Mother!

Hi KAMPUS groupies! How are you? Hopefully another day in paradise.
Tetap SEMANGAT menggaet beasiswa kan? Harus... Jangan biarkan semangat kita erupsi layaknya Sinabung atau Kelud. Ngomong-ngomong Sinabung-Kelud, let's pray semoga saudara kita di sana diberi kesabaran dan kesehatan lahir batin, aamiin.

Mengikuti International Nursing
Conference di Thailand.
Foto diambil dari FB yulia Fauziyah
Guys, sudah sejak lama wanita punya peran penting dalam pendidikan. Malcolm X berkata: "Mendidik seorang pria sama artinya dengan mendidik seorang individu, tetapi mendidik seorang perempuan berarti mendidik sebuah bangsa". Betul banget, karena perempuan terdidik akan menumbuhkan anak-anak bangsa yang cerdas untuk kemudian memajukan bangsanya. Aduh kelamaan celoteh nih, langsung aja yuks kita kenali bintang tamu kita di TB corner episode dua.

Menjadi profesor atau doktor tampak sangat menyenangkan bagi Yulia Fauziyah, S.Kep., M.Sc. Lho kok bisa? Bukannya bikin keriting yah kalo jadi doktor apalagi profesor? Engga dong, sekarang kan lagi nge-tren IRT yang merangkap sebagai profesor.

Alumnus Keperawatan Unsoed tahun 2009 ini emang punya hasrat luar biasa untuk menjadi doktor and goes to be a professor. Semakin doi naik tingkat (S1, S2), doi menemukan kebahagiaan tersendiri; bertemu dan belajar dengan orang-orang hebat, menambah khazanah keilmuan, dan membuat doi semakin bersyukur pada Alloh (ilmu itu emang layaknya padi yah, semakin berisi semakin bikin merunduk).

Faktor lain yang membuat doi kepingin jadi doktor adalah karena miris melihat keadaan, miris melihat profesi perawat yang tampak belum bisa sejajar dengan profesi kesehatan lain, especially in knowledge. Makdait (maka dari itu), doi berharap jika semua perawat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, proses diskusi dengan tenaga kesehatan lain akan berjalan layaknya rekan kerja, dan penobatan "perawat sebagai mitra" pun tidak bisa dibantah lagi.

Keputusan doi untuk melanjutkan S3 muncul setelah mendengar ada beasiswa BPPDN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri). April 2013, doi mulai mempelajari panduan BPPDN dan tanpa pikir panjang langsung daftar di laman http://beasiswa.dikti.go.id/dn/ sebagai calon dosen (belum memiliki NIDN). Proses pendaftaran tak semulus jalan tol, banyak "polisi tidur" menuju tembusnya beasiswa. Doi mengungkapkan bahwa salah satu polisi tidur yang bikin perjalanan ribet adalah surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh kopertis (syarat beasiswa). Sedikit curcol (curhat colongan) dari doi, awalnya doi mengira bahwa untuk mendaftar di universitas yang doi tuju, yakni UGM, doi harus menyerahkan surat rekomendasi tersebut. Fortunately, not!

Persyaratan yang diminta oleh S3 kedokteran UGM hanyalah ijazah legalisir+transkrip, surat keterangan dokter, tugas belajar/izin belajar dari institusi tempat kerja, nilai TOEFL & TPA, rekomendasi dari dosen yang bersangkutan sewaktu kuliah, bukti pendaftaran S3, bukti pendaftaran BPPDN, dan proposal disertasi. Awal Juli merupakan hari-hari mendebarkan bagi Mrs. Yul. Tiap hari kerja doi nongkrongin laman http://um.ugm.ac.id. Nah saat pengumuman penerimaan, alhamdulillah doi diterima sebagai mahasiswa Program Doktoral Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (hooray!). Eits, tapi belum bisa tenang 100%, karena pengumuman penerimaan beasiswa dari DIKTI belum juga keluar. Barulah di akhir Agustus, pengumuman BPPDN keluar, dan alhamdulillah lagi doi diterima sebagai penerima beasiswa BPPDN untuk calon dosen.

Eventually, doi benar-benar menjadi mahasiswa program doktoral (congratulations!). Closing dari Mrs. Yul nih, doi menyatakan bahwa mendapatkan beasiswa dalam negeri sebenarnya tidak ribet. Prosesnya cukup dengan online, penuhi persyaratan, dan yang paling utama adalah diterima di universitas terlebih dahulu. Seribet apapun terasanya, kalau sudah jodoh dengan beasiswa bidikan kita, pasti ada jalan dan caranya sendiri. How wonderful she is! As a woman, wife, and mother yang kebayang dong ribetnya gimana, tapi luar biasa SEMANGAT untuk terus lanjut di pendidikan. Ayo nih kaum adam jangan mau kalah ya. Anyway, thanks Mrs. Yul untuk kisahnya yang sungguh menginspirasi, semoga cita-cita profesornya terwujud, dan ilmunya membawa manfaat bagi kehidupan umat manusia, aamiin.

Oleh: Yulia F. dan Mimin
Editor: RHP

No comments:

Post a Comment